
Ciputat, 14 Juli 2025 — Forum Kepala Pusat Penelitian (Kapuslit) PTKIN se-Indonesia menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tahun 2025 yang bertempat di Syahida Inn, Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tema Rakornas tahun ini adalah “Memperkuat Ekosistem Riset Berdampak di PTKIN: Inovasi, Integrasi, Kolaborasi, dan Internasionalisasi”.
Rakornas ini menjadi forum strategis bagi para Kapuslit untuk membahas arah kebijakan penelitian di lingkungan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), termasuk reformulasi tema riset, penguatan indikator riset berdampak, serta pembaruan regulasi teknis pendukungnya.
Kegiatan dibuka secara resmi dengan diawali menyanyikan lagu Indonesia Raya dan doa pembuka yang dipimpin oleh Dr. M. Ajib Hermawan, M.Si. (Kapuslit UIN Purwokerto).
Turut hadir dalam pembukaan kegiatan ini Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Dr. Nur Kafid, S.Th.I., M.Sc.), para Kasubtim, staf Subdit Litapdimas, dan perwakilan Kapuslit dari berbagai PTKIN.
Meskipun jumlah peserta yang hadir secara fisik hanya mencapai sekitar 50 persen karena keterbatasan anggaran perjalanan, suasana forum tetap berjalan produktif dan penuh semangat.
Dalam sambutannya, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyampaikan sejumlah catatan kritis mengenai pelaksanaan penelitian di PTKIN. Ia menyoroti dua persoalan mendasar yang kerap muncul, yakni tema riset yang cenderung berulang serta dominasi segelintir nama peneliti dalam pelbagai skema pendanaan.
“Banyak dosen muda memiliki semangat dan kapasitas penelitian yang baik, namun terbentur pada syarat kepangkatan. Sebaliknya, sebagian dosen senior kurang bersemangat meneliti, meskipun secara administratif memenuhi syarat,” ujarnya.
Rektor juga mengusulkan agar pengembangan ekosistem riset di PTKIN diarahkan melalui pembentukan komunitas akademik atau researcher community di tingkat program studi.
Dalam komunitas ini, agenda riset tahunan dan jangka panjang disusun secara kolektif. Dengan demikian, penelitian tidak lagi bersifat individual dan sesaat, melainkan terstruktur sebagai bagian dari pengembangan karier akademik—mulai dari asisten ahli hingga guru besar—serta menyasar pada hasil dan dampak yang lebih terukur.
Ia juga mendorong agar tema riset lebih adaptif terhadap isu-isu kontemporer seperti kecerdasan buatan (AI), kajian tentang produk halal (kosmetik, fashion, makanan, dan lain-lain), serta integrasi tema riset sains dan society.
Rektor juga menyarankan agar riset di PTKI juga perlu terhubung dengan agenda riset BRIN dan agenda riset negara yang tertuang dalam RIRN.
“Kolaborasi antara lembaga riset sangat diperlukan, tentu masing-masing PTKI memiliki kekhasan riset berdasarkan lokalitas kewilayahan. Ke depan kita juga perlu terhubung dengan komunitas riset internasional. Peta riset dan paradigma riset perubahannya begitu cepat, oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk menyesuaikan perubahan zaman”, pesan Rektor untuk mengakhiri sambutannya.
Ketua Forum Kapuslit PTKIN, Dr. Anton Widyanto, S.Ag., M.Ed.S., dalam laporan kegiatan forum menyampaikan bahwa pada awalnya terdapat 29 peserta yang terdaftar, namun dua di antaranya tidak dapat hadir karena kendala teknis masing-masing Satker.
Ia menyampaikan bahwa minat untuk hadir cukup tinggi di kalangan Kapuslit, tetapi efisiensi anggaran perjalanan menjadi kendala utama.
“Rakornas kali ini dirancang untuk menjadi ruang evaluasi dan konsolidasi agenda riset PTKIN, termasuk penelaahan ulang terhadap Agenda Riset Nasional (ARN) Kementerian Agama, evaluasi petunjuk teknis (juknis) penelitian, dan penyusunan indikator riset berdampak”, pungkasnya.
Kasubdit Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. Nur Kafid, S.Th.I., M.Sc. dalam arahannya menekankan pentingnya optimalisasi sumber daya manusia di tengah keterbatasan anggaran.
“Dalam situasi efisiensi, yang kita perlukan bukan meratapi keterbatasan, melainkan memaksimalkan kapasitas SDM untuk mencapai target yang ditetapkan,” tegasnya.
Salah satu acuan target tersebut adalah Asta Protas Kemenag yang menjadi arah pengembangan kinerja bidang litapdimas.
Ia juga menegaskan pentingnya mereformasi kembali Agenda Riset Nasional Kemenag agar lebih relevan dengan perkembangan zaman.
“Meski ruang bagi disiplin ilmu sains dan teknologi telah tersedia dalam ARN, namun keberlanjutan kajian-kajian keislaman tetap menjadi pilar utama yang tidak boleh diabaikan”, tegasnya.
Kasubdit juga menyampaikan beberapa pembaruan yang sedang dikembangkan oleh Subdit Litapdimas, antara lain: Pertama, integrasi sistem Litapdimas dengan sistem kinerja dosen untuk mendukung proses kenaikan jabatan akademik dan akreditasi.
Kedua, pembaruan dashboard hasil sinkronisasi dengan SINTA, agar dapat memunculkan data jurnal-jurnal milik PTKI secara spesifik.
Ketiga, penyusunan sistem pendataan paten di lingkungan PTKI sebagai bagian dari pencatatan kekayaan intelektual. Sistem pendataan ini sudah dirilis dengan mengahdirkan submenu “Paten PTKIN” pada menu “Institusi dan Pengaturan” pada aplikasi Litapdimas.
Keempat, secara sistem, aplikasi bisa direlaksasi dengan berbagai pertimbangan. Misal, menyusun mekanisme kontrol yang solutif bagi para peneliti yang tidak bisa melengkapi outputnya hingga akhir tahun.
Lebih lanjut, DIKTIS tengah menjajaki integrasi program riset PTKI dengan skema pembiayaan dari luar, seperti MoRA The Air Funds (LPDP) yang hasil risetnya akan menjadi Barang Milik Negara (BMN).
Dalam konteks kerja sama riset internasional, DIKTIS juga sedang merancang skema kemitraan riset kolaboratif dengan British Council dalam bentuk matching fund.
Terkait dengan pengembangan klaster penelitian di PTKIN, Kasubdit menegaskan bahwa setiap Satker dapat membuka klaster riset yang sesuai dengan kekhasan institusi, dengan syarat harus menyampaikan pemberitahuan resmi kepada Subdit.
“Meski DIKTIS telah mengcreate klaster riset di Litapdimas, tetapi otonomi kelembagaan Satker tetap dihargai selama koordinasi administratif dilakukan,” jelasnya.
Salah satu agenda strategis yang menjadi fokus Rakornas kali ini adalah penyusunan indikator riset berdampak.
Kasubdit menekankan bahwa ukuran kebermanfaatan riset, terutama dalam bidang sosial humaniora, harus didefinisikan secara lebih konkret.
Jika riset sains relatif mudah diukur dari sisi output dan outcomenya, maka riset sosial-keagamaan perlu dirumuskan indikator dampaknya yang relevan dengan konteks masyarakat.
Ia juga mendorong kreativitas satker dalam merancang skema pendanaan riset kolaboratif, termasuk matching fund, sebagai langkah awal menuju internasionalisasi riset di Satker.
Kasubdit berharap agar Rakornas Forum Kapuslit PTKIN 2025 ini mampu merumuskan arah baru riset ke-PTKI-an yang lebih berdampak, relevan, dan berdaya saing, baik di tingkat nasional maupun global.
Kontributor: Lailatuzz Zuhriyah (Sekretaris Forum Kapuslit)
